Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 29

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 29 : TAK RELA


Hendra menekan nomor yang akan menyambungkan ke bibi Fida, Panggilan dengan cepat tersambung, Setelah mendengar sautan jawaban di ponselnnya, tanpa mengatakan halo, Hendra segera saja memberikan ponselnya pada Khansa, Khansa mendengar suara bibi Fida yang familiar.


Menyangka jika itu adalah Hendra yang akan berbicara kepadanya, langsung saja Bibi Fida bertanya pada Hendra,  "kapan bibi, bisa bertemu Khansa, nona kecil Isvara."


Hati Khansa gemetar mendengar suara dan pertanyaan Bibi Fida. Mata Khansa langsung memerah karena sedih, air mata pun terjatuh, semua orang berubah, tapi bibi Fida masih mencintai Khansa seperti dulu, dan masih begitu merindukannya.


Dalam hati Khansa harus bisa melindungi Bibi Fida dari semua orang yang berniat jahat. Khansa harus bisa  membebaskan bibi Fida dari jeratan penjara yang Hendra ciptakan. 


"Bibi Fida …" panggil Khansa dengan suara terbata bercampur isak tangis. 


"Ini aku … Khansa," ujarnya dengan suara Manja. 


"Nona kecil … ini benaran nona kecil Bibi" ujar Bibi Fida senang bercampur terkejut dan langsung saja menangis haru. 


"Iya Bibi, ini aku benaran Khansa," jawab Khansa meyakinkan lagi. 


"Nona kecil! Akhirnya, syukurlah, aku bisa mendengar suara nona kecil lagi…" ujar Bibi Fida lagi.


“Bibi! Sekarang aku sudah besar lho,” ujar Khansa dengan tetap sambil menahan tangis. 


“iya, iya pasti sudah besar dan cantik,” puji bibi Fida kepada Khansa. 


Tak ingin membuang kesempatan, maka Khansa langsung saja berpikir untuk menanyakan lokasi bibi Fida, "Sekarang Bibi dimana?" tanya Khansa dengan cepat.


Mendengar Khansa yang mencoba mencari tahu lokasi Bibi Fida, Hendra segera saja merebut ponselnya dari tangan Khansa kemudian memutus panggilan itu, “Sudah konfirmasi, kan? Aku tidak bohong padamu."


"Jadi mari kita bersepekat untuk sepakat," ujar Hendra. 


“bersepakat,” ulang kata Khansa


“Kau nampaknya masih belum mengerti juga ya!?” ujar Hendra


"K-kau …" ujar Khansa menahan marah.


"Katakan di mana bibi Fida!" pekik Khansa



"Kita bertransaksi dulu, baru aku akan


menyerahkan bibi Fida kepadamu!" jawab Hendra.


Khansa diminta Hendra datang kemari dengan sebuah kesepakatan, yaitu Hendra menyerahkan bibi Fida pada Khansa, Khansa baru menemani Hendra tidur semalam. Tapi, Hendra merasa Khansa tidak paham dengan situasinya.


"Ini bukankah, kau harus baik-baik dengan aku, jika ingin aku menyerahkan bibi Fida kepadamu?" ujar Hendra licik.


"Mengapa kau melakukan ini?" tanya sarkas Khansa. 


"Apakah Tuan Muda Ugraha sudah benar-benar tidak punya pekerjaan lain, dan sekarang hanya bisa membuli seorang wanita." 


“Apa kau sedang menghina aku,” ujar Hendra seraya menapuk dagu Khansa yang tertutupi cadar halus. 


“Kau ini benaran tidak tahu malu ya, tak perlu menghinamu. Bagi aku kau sudah sangat hina dalam pandangan aku,” jawab sarkas Khansa. 


“katakan sekali lagi, jika kau berani!” ujar Hendra dengan nada marah. 


Sekali lagi Khansa mendorong tubuh Hendra, agar menjauh darinya, "Sejak kapan Tuan muda Ugraha menjadi lemah seperti ini," sindir sarkas Khansa lagi.


Hendra pun tertawa, dan berjalan mendekat ke arah Khansa lagi, "lemah katamu?"


“Apa kau ini seekor lalat, kenapa suka sekali menempel sembarangan,” hina Khansa. 


Hendra pun tertawa dengan nada mengejek, "Apa kau ingin membuktikan jika aku tidak lemah?" tanya Hendra seraya menunjuk ke arah ranjang besar di kamar hotel itu.


"Ha ha ha, jangan bermimpi," ujar Khansa sambil tertawa dan menepis tangan Hendra yang mencoba membelai rambut panjangnya.


"Bahkan kau pun tidak pantas memimpikan aku," ujar sombong Khansa dengan nada menghina.


Khansa berkata sarkas pada Hendra kalau Hendra meminta Khansa kemari karena ada alasan lain, "Kau memanggil aku ke sini, karena tidak puas setelah tidur dengan Jihan semalam kan?" 


"Jaga bicaramu!" ujar Hendra seraya menarik lengan Khansa dengan keras.


"Brengsek! Lepas," pekik Khansa seraya mendorong tubuh Hendra.


Khansa mau pergi,  "Transaksi batal, jika tidak ada bibi Fida!" jelas Khansa. 


“Khansa, jangan mendesakku!” bentak Hendra sambil mau menarik tangan Khansa lagi.


Khansa punya persiapan, “Hendra, siapa yang mendesak siapa?"


"Apa kau sudah lupa! Sepuluh tahun lalu kau memfitnahku!" hardik Khansa. 


"Sepuluh tahun kemudian kau datang  Kembali hanya untuk memaksa aku tidur denganmu dengan memanfaatkan bibi Fida.” 


“ Apa Kau tidak malu padaku dan ibuku?” Hardik Khansa lagi dengan lebih keras. 


"Kau ini! Benar-benar  menjijikan sekali!" bentak Khansa tak kalah sengitnya.


Hendra langsung terpaku, Khansa menatapnya dengan mata yang memerah seperti binatang buas.


Terdiam sesaat karena sepersekian detik tadi hati Hendra merasa menciut melihat tatapan Khansa yang seperti itu,  lalu Hendra mengembalikan kesadarannya dan  bertanya,"kenapa kau mau tidur dengan pria lain selain dengan aku?" 


"Katakan!" ujar Hendra marah, dan


menggenggam tangan Khansa keras-keras sampai memerah.


“Apa kau berpikir aku tidak mampu melakukan hal itu denganmu, karena itu kau berpetualang dari pelukan satu pria ke pria lainnya?” 


“Katakan dengan jelas!” ujar Hendra dengan meluapkan semua emosinya di depan Khansa. 


“kau benaran sudah gila, aku benar-benar sudah tidak dapat mengenalimu lagi, kau sudah sangat asing bagikku,” jelas Khansa. 


Hendra membanting gelas yang ada di dekatnya sampai pecah berkeping-keping, amarah di hatinya sudah benar-benar memuncak ingin keluar dari ubun-ubun kepalanya. 


Saat itu Hendra mencari Khansa di desa sampai hampir gila karena tidak menemukan Khansa, akhirnya Jihan memberitahu Hendra kalau Khansa bermalam dengan seorang pria liar.


Akhirnya Khansa tahu alasan dibalik ucapan Hendra kalau dirinya adalah playgirl. Itu semua karena hasutan Jihan,  padahal saat itu Khansa sedang menolong seorang pria yang memang tidak di kenalnya. 


Khansa tertawa sampai menangis, karena Hendra percaya semudah itu pada ucapan Jihan, "Jadi kau lebih mempercayai perkataan Jihan!" 


“Apa yang kau pikirkan saat itu, sampai-sampai sangat mempercai Jihan dari pada aku,” tukas khansa. 


"Ternyata aku benaran salah menilaimu ketika dulu kita tumbuh bersama, ternyata kau benaran tidak mengenal aku seperti apa," tukas Khansa.


“Kenangan tentang masa itu, memang sungguh layak aku hapus,” Hardik pelan Khansa kepada Hendra. 


"Kau mau kemana?" tahan Hendra kepada Khansa.


"Jangan membuat aku lebih benci kepadamu, jadi jangan halangin jalan aku," tukas Khansa.


Hendra berusaha keras membuat Khansa tinggal, tapi Khansa mengulang ucapannya tadi,  "Hanya ada transaksi jika bibi Fida ada, apa kau paham?" menatap marah,  Khansa kemudian pergi.


Hendra hanya bisa menatapi kepergian Khansa yang menghilang di balik pintu kamar hotel itu. Nampak kesal, Hendra menghancurkan beberapa barang yang ada di dekatnya.


"Arrgh …! Teriak Hendra seraya menendang kursi yanh ada di dekatnya sampai terpental.


Sepulangnya ke Vila Anggrek, Emily dan Khansa mengobrol dengan chat, Emily bertanya apakah Khansa masih ingat pria yang ditolongnya saat itu.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 29"