Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 99

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 99 : KUACI PUTIH


Emily malah balik memarahi Khansa, "Sederhana bagaimannya?" 


"Selain Keluarga dan orang yang benar-benar dekat dengan Leon, tidak ada yang tahu bahwa dia adalah Presdir Sebastian," jelas Khansa. 


"Jadi?" tanya Emily bingung.


"Jadi tidak ada yang tahu jika aku adalah Nyonya Sebastian," 


"Lalu?" tanya Emily lagi. 


"Lalu … mungkin aku akan menemui Maharani dan mengatakan, jika salah dia mengapa meminta aku menjadi pengantin pengganti untuk menikah dengan Tuan Leon Sebastian. Dengan begini menurutmu jika tidak menjadi gila maka dia akan mati bukan?" 


Emily mendengarkan dengan seksama perkataan Khansa itu, lalu Khansa berkata lagi, "Kemudian aku akan mengatakan kepada Ayahku, jika 20 Milliar itu bunkanlah apa-apa, karena aku adalah Nyonya Sebastian, setengah harta yang Leon Miliki adalah milikku."


"Dan sayangnya, dia telah memutuskan hubungam Ayah dan anak, jadi jangan berharap untuk merasakan kekayaan keluarga Sebastian," tambah Khansa lagi.


"Lalu bagaimana dengan Yenny, kau akan melakukan apa padanya?" tanya Emily penasaran.


"Yenny! Hmm … enaknya aku apakan ya?" gumam Khansa sambil tertawa.


" Emm ... begini saja, aku akan memberikan somasi kepadanya, untuk mengembalikan 20 Milliar aku, tidak boleh kurang seperak pun, setelah aku mengurus semua harta bersamaku dengan Leon Sebastian," jelas Khansa.


"Jika ini begitu mudah, maka cepatlah kau pergi kesana. Jangan membuat hatiku galau," isi pesan Emily lagi. 


Khansa tidak menjawab pesan Emily lagi, karena sibuk bermain dengan Flash, khansa menimang-nimang Flash layaknya seperti sedang menggendong bayi, hanya saja ini menggendong bayi harimau.


"Lihatlah tuanmu itu, sudah tahu aku pasti akan sangat marah, tapi dia malah melakukannya. Apakah menurutmu aku harus menghukumnya?" tanya Khansa seraya menurunkan Flash dari pelukanya. 


Flash tidak meraung, tapi malah membenamkan kepalanya di antara dua kakinya, "hissh … kau ini sungguh setia sekali dengan tuanmu itu, masih saja membelanya," gumam gemas Khansa seraya menggaruk-garuk lembut kepala Flash.


Notifikasi pesan masuk lagi ke ponsel Khansa, Nanti malam jemput aku di bandara!" pinta Emily dalam pesannya lagi. 


"Eh! Mengapa cepat sekali, pagi hari bilang akan pulang maka malam hari sudah tiba," ujar Khansa. 


"Kenapa cepat sekali pulang?" Khansa mengirimkan pesan kepada Emily. 


"Karena khawatir kau ditindas oleh Yenny si mak lampir itu!" balas pesan Emily kepada Khansa, tak peduli apa yang menimpanya, teman baiknya ini selalu ada menemaninya.


Khansa sangat bersyukur punya seorang sahabat yang baik. Dan juga sekarang ada Nenek Sebastian yang sungguh menyayangi dirinya.


Terdengar suara ketukan di pintu, Nenek Sebastian memanggil nama Khansa dengan suara Khasnya, "Khansa."


Khansa meletakan ponselnya lalu memasukan Flash ke dalam kamar mandi, dan segera membuka pintu kamarnya.


"Lihatlah Nenek membawa apa?" ujar Nyonya Sebastian. 


Khansa mengambil tas tangan besar yang Nenek Sebastian berikan, dalam tas tersebut banyak sekali ada aneka jenis makanan ringan mulai dari permen dan juga kue, biskuit.


"Nenek ini banyak sekali," ujar Khansa. 


"Karena Nenek tidak mengetahui apa yang kau beli, maka dari itu Nenek membeli tiap satu jenisnya," jelas Nenek Sebastian.


"Ayo kita makan bersama," ajak Nenek Sebastian.


Melihat senyuman tulus di wajah Nenek Sebastian, maka khansa tak enak hati untuk menolaknya, karena Nenek Sebastian benar-benar menyayanginya.


Khansa telah dikhianati semenjak kecil, dan kehilangan semua orang yang mencintainya. Jadi sekarang Khansa benar-benar menghargai orang yang menyauanginya.


"Jika begitu ayo Nek! Kita makan ini sambil nonton TV," ajak Khansa sembari menggandeng tangan Nenek sebastian untuk pergi ke ruang keluarga.


"Kau bawa Flash kembali ke rumahnya ya, Flash ada di kamar mandi!" Perintah Khansa kepada salah satu pelayan. 


Leon pulang lebih awal hari ini, pelayan membukakan pintu untuk Leon. Leon membuka sepatunya di pintu masuk dan menggantinya dengan sandal rumah, ketika ingin menuju kamarnya, Leon melewati ruang keluarga dan melihat Khansa yang sedang duduk diatas karpet wol yanh empuk seperti yang di ada di ball room.

Khansa memakai gaun manis selutut bewarna krem, dengan cardigan berwarma kuning muda. Kedua kakinya yang putih ramping terlihat sangat indah, khansa terlihat polos dan bersih. 


Sekarang dia tengah memegang makanan ringan di tangannya. Nenek sebastian meyadari kehadiran Khansa lalu berkata, "Leon, mengapa hari ini pulang lebih awal. Ini bahkan belum jam lima sore."


"Ini kan rumah aku juga, mengapa tidak boleh pulang lebih awal," jawab Leon seraya mengangkat tangannya dan membuka kancing jas nya.


Leon melihat ke arah Khansa, kedua bola mata hitam pekat mereka saling bertemu tatap, lalu dalam balik cadarnya dengan samar Khansa tersenyum kepada Leon, "kau sudah pulang?"


"Ya," jawan Leon mengangguk. 


"Oh," jawab Khansa sekedarnya.


Khansa mengalihkan pandangannya  tapi bukan untuk menonton TV melainkan melanjutkan memakan kuaci putihnya.


Leon langsung saja mengernyitkan alisnya, "Apakah kuaci itu lebih tampan dari aku," pikir Leon yang melihat sepertinya Khansa lebih tertarik menghabiskan waktu bersama kuaci ketimbang dengan dirinya.


Leon pun berjalan dengan Kaki panjangnya ke arah Khansa, lalu berjongkok di depannya, "Apakah kuaci ini lebih menarik untuk kau pandangi daripada memandangi aku?" tanya Leon yang tidak terima jika baru saja kalah pamor dengan kuaci. 


"Maukah?" tanya Khansa. 


Leon tidak terlalu suka mengemil, tapi sepertinya kuaci putih yang Khansa makan ini sangat enak, Leon menaikan satu alisnya sembari berkata, "Aku mau mencicipi."


Mata Leon terarah kepada tangan yang sudah memegang beberapa kuaci yang telah dikupas, maksud Leon sangat jelas jika dia tidak mau mengupas kulit kuacinya melainkan ingin disuapi dari tangan Khansa langsung.


Khansa menarik tangan Leon, sambil berkata, "Ini ambilah! Semua untukmu," 


Khanda menyerahkan semua kuaci yang telah dia kupas ke tangan Leon.


Binar mata Leon yang tadi terlihat senang, langsung saja berubah menjadi binar keterkejutan.


Nenek Sebastian melihat Paman Indra masuk ke ruang keluarga, "Apakah makan malam telah siap?" 


"Sudah Nyonya," jawab Paman Indra. 


"Jika begitu kita makan malam lebih awal, segera siapkan!" ujar Nenek Sebastian.


"Ayo Khansa! Temani Nenek makan."


Khansa ingin bangun berdiri. Namun, Leon meletakan kuacinya dan malah menarik khansa ke pelukannya, lalu berkata "Ada apa? Mengapa tidak mah menyuapi aku?" 


Khansa mendorong tubuh Leon, lalu berkata" Ada orang meliha! Dan Nenek sudah memanggilku untuk makan malam."


Saat ini memang ada seorang pelayan yang sedang melihat ke arah mereka berdua, pemandangan pebisnis tampan dewasan yang sedang  menarik gadis polos bersih ke dalam pelukannya. Melihat kedua orang yang tampak saling menggoda. Melihatnya malah membuat pelayan itu tersipu lalu segera pergi melangkah ke ruang makan.


Leon tetap tidak mau melepaskannya, Leon malan menundukan kepalanya 


Dan mendekatkan pipinya ke wajah Khansa, "Kalau begitu cium aku dulu, maka baru aku akan melepasmu."


"Tidak!" tegas Khansa sembari mendorong tubuh Leon lalu bergegas pergi berlari ke arah ruang makan.


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 99"