Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 91

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 91: MENGGENDONGNYA


Leon tahu Khansa sedang menunggu,  dirinya dan malah sengaja mengerjai Khansa. Flash turun dari lantai atas, lalu berjalan sama gagahnya seperti tuannya. Jantung Khansa semakin berdegup kencang melihat Flash berjalan ke arahnya, dua raja diraja sedang menuju kepadanya, bagaimana hatinya bisa tenang.


Khansa meletakan jari tangannya di mulutnya, "Sssst," 


"Jangan kesini," gumam dalam hati Khansa kepada Flash seraya menggelengkan kepalanya.


Flash membangkang, sifat Flash yang ini persis seperti Nyonya mudanya. Suka sekali ingkar dari pengaturan. Flash malah merebahkan badannya dengan gemulai manja di kaki Khansa. Satu minggu tak bertemu Nyonya Mudanya ini, Flash juga merasakan sangat rindu dengan Khansa.


Khansa pun mengehela Napas, lalu mencoba mengintip, mencari tahu mengapa Leon jadi begitu lama. Khansa mengeluarkan kepalanya dengan perlahan untuk mencari tahu, hal apa yang menghalangi Loen.


Khansa langsung menarik kepalanya lagi untuk bersembunyi begitu melihat Leon akan menoleh kepadanya, sementara Leon hanya tertawa, sedari tadi Leon sudah melihat juntain gaun Khansa yang berwarna-warni di bawah gaunnya itu dan Leon tahu  jika Khansa bersembunyi.


Khansa masih saja menunggu, tapi yang di tunggu nampak berjalan dengan lamban sekali, "Haish ... mengapa lama sekali!" pikirnya.


khansa mengeluarkan kepalanya lagi, "Eh! Pergi kemana dia," pikirnya seraya menilisik dengan kedua bola matanya yang hitam pekat.


Khansa pun keluar dari persembunyiannya dan mencoba melihat, mencari Leon, "Sebesar itu! Pergi kemana? Mengapa tidak terlihat," gumam Khansa heran.


"Arrrgh ... roar ..." raungan Flash. 


Khansa menoleh, dan melihat Flash sudah berdiri di sebelah Leon yang sedang bersandar di dinding dengan satu tangan dimasukan ke saku celananya. 


Leon menatap Khansa dengan mata tajamnya, "Mencari aku kah?


Khansa menatapi Flash, seraya memanyunkan bibirnya sembari bergumam, "Dasar! Penghianat kecil. Baru saja berpihak padaku, melihat tuannya datang langsung saja berpindah haluan."


Pandangan Khansa berpindah kepada Leon yang masih tersenyum penuh kemenangan, Leon baru saja menggodai Khansa, dan saat ini Khansa merasa sangat malu karena tadi terlihat sedang mencari-cari keberadaan Leon.


"Issh! Sungguh memalukan!" pikir Khansa dengan wajah yang memerah.


Untuk menghilangkan malu, Khansa langsung saja berjalan ke arah Leon, lalu berlutut mengambil Flash yang berdiri di sisi kaki Leon,  lalu Khansa berkata kepada Leon dengan wajah yang cemberut "Aku mencari Flash."


"Kau ini GR sekali!" tukas Khansa kepada Leon.


Leon merasa sudah tidak tahan lagi, landak kecilnya ini sudah bermain lama di luar, lama tak bertemu,  Leon tahu Khansa pun sama merindu sepertinya, namun masih tidak mau mengaku. Leon pun langsung maju dan dengan cepat menggendong tubuh Khansa.


"Ei! Ini kau mau apa?" 


Leon mengabaikan pertanyaa Khansa, malah semakin mempercepat langkahnya. Flash dengan sigap langsung saja melompat keluar dari pelukan Khansa, merasa terkejut Khansa malah melingkarkan lengannya ke leher Leon untuk berpegangan.


"Ini kau mau apa?" tanya Khansa lagi. 


"Tidak ada, tak bolehkah jika aku mau memeluk Nyonya Sebastian?" tanya Leon.


Leon memeluk Khansa dan melakukan beberapa putaran. Nenek Sebastian bergegas keluar dan mendapati pemandangan indah itu. Seketika saja bergumam, "Jimatnya sedang bekerja, bagus sekali!" 


Gerak gerik Leon dan Khansa terlihat sangat manis dan romantis. Saat ini Nenek Sebastian melihat Leon dan Khansa lalu berjalan mendekati mereka berdua, "Kalian sedang bermain apa?" 


"Issh ... cepat! turunkan aku!" perintah Khansa yang merasa malu melihat ada Nenek Sebastian.


Paman indra pun tercengang melihat tuan mudanya bermain tertawa lepas dengan Nyonya Muda. Sementara itu, wajah Khansa sudah sangat memerah, karena Leon masih saja terus menggendongnya. 


Tangan kuat Leon masih menopang tubuh Khansa untuk tetap dekat dengannya. Mencium aroma wangi Khansa yang sangat dia sukai, mana rela Leon melepaskannya.


Nenek Sebastian yang tahu jika Khansa sudah merasa sangat malu, segera memukul Loen dengan serbet yang ada di tangan salah satu pelayan yang sedang menikmti adegan romantis itu.


"Anak nakal! Turunkan Khansa!" perintah Nenek Leon seraya menyabet-nyabet Leon yang sedang memakai jas mahal itu.


"Tuan! Turunkan Nonya Muda, jangan sampai terjatuh," ujar Paman Indra juga. 


Merasa banyak yang menekannya, akhirnya Leon melepaskan pelukannya, Merasa sudah terbebas dari tangan kuat Khansa, maka secepat kilat Khansa bersembunyi di belakang Nenek Sebastian  lalu mengendong Flash lagi.


Nenek Sebastian menasehati keduanya "Nenek tahu kalian pengantin baru, tapi terlalu bersemangat juga tidak baik," nasehat Nenek Sebastian kepada Leon


Leon  melihat Khansa yang memunggunginya, sambil asyik membelai-belai Flash. Berpikir landak kecilnya ini sedang marah dengannya, karena tadi dirinya sudah menggodanya. Leon dengan elegan melepaskan jasnya dan memberikannya kepada Paman Indra.


Leon malah acuh tak acuh mendengarkan nasehat neneknya itu, karena hati dan pandangannya telah terfokus kepada Khansa semua.


Setelah mendengar nasehat Nenek Sebastian, Leon pun segera menjawab, "Apa makan malam telah siap?" 


Nenek Sebastian mencubit lengan Leon karena merasa gemas dengan cucunya yang tampan ini sambil berkata "Nenek akan mengecek dapur," jawabnya.


Melihat Nenek sebastian pergi, Leon pun melangkah ke arah Khansa, memeluknya dari belakang, meletakan dagunya di bahu Khansa, seraya menciumi bahu Khansa. Leon sudah sangat merindukan wangi tubuh Khansa, aroma manis yang feminim ini.


Sambil tetap memeluki Khansa yang terlihat mematung, Leon pun bertanya, "Apa marah kepadaku?"


Khansa menggoyangkan bahunya, mengusir Leon agar menjauhi tubuhnya, tapi Leon tetap bertahan dan malah ikutan membelai-belai Flash.


Lalu Leon berkata lagi menjelaskan, "Kan tadi! Kau dulan yang ingin mengerjai aku," tukas Leon.


"Ya ... jadi aku hanya membalas bermain denganmu saja, kan kau yang lebih dulu mengajak bermain bukan?" Jelas Leon lagi.


"Hissh! Kekanak-kanakan sekali!" ujar Khansa.


"Sudah! Sudah jangan marah! Nenek sudah menyabetku dengan serbet. Aku sudah mendapatkan hukuman, jadi jangan marah lagi ya!" pinta Leon.


"Aku minta maaf!" bujuk Leon lagi, agar Khansa tidak marah.


Mendengar perkataan manis Leon tadi, terang saja membuat Khansa merasa lebih malu lagi. Khansa berusaha melepaskan diri dari pelukan Leon. Namun mana bisa Leon mengijinkan landak kecilnya ini pergi. 


Ketika Flash melompat lagi dari pelukan Khansa, langsung saja Leon merangkulkan tangan kuatnya itu ke pinggang ramping Khansa seperti sedang mengurungnya. 


"Jika marahmu semenggemaskan ini maka bisa-bisa aku akan menghukummu lho!" bisik Leon di telinga Khansa yang sudah tampak memerah itu.


Khansa menoleh, "k-kau ... mau apa lagi?" 


Leon menyeringai nakal, dan sekali lagi dengan spontan, Leon menggendong Khansa lalu membawanya ke kamar mereka, "Jika kau masih marah, kalau begitu kita coba bertengkar di atas ranjang, dan menyelesaikannya di atas ranjang, bagaimana menurutmu?" jawab ringan Leon.



Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 91"