Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 84

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 84 : ATM BERJALAN


Arief Wandana datang dan menjadi pendukung Maharani, suasana segera berubah 180 derajat. Fauzan sangat hormat pada Arief Wandana. Karena merasa ATM berjalannya telah bersedia datang.


Arief Wandana terlihat memiliki kulit yang terawat, rambut yang terlihat rapih dan gaya berpakaian yang stylish serba mahal berkelas. Tuan Wandana adalah salah satu pria flamboyan, pria yang sangat memperhatikan penampilannya, pria pesolek meski bertubuh gemuk. Namun, karena dompetnya ikut menggendut maka para wanita dengan mudahnya mendekat dan hinggap seperti lalat  berharap akan mendapatkan kucuran dana untuk menyokong mereka dan menyambung hidup.


Fauzan dengan segera menyapa Tuan Wandana, "Selamat datang,"


"Terima kasih karena sudah menyempatkan untuk datang," sapa Fauzan dengan sopan serta mencari muka dan memberikan jabatan tangannya. 


Arief Wandana, hanya tersenyum sekedarnya. Enggan membalas jabatan tangan Fauzan, lalu malah langsung menyapa Maharani dan berkata, "Aku dengar belakangan ini ada yang senang sekali menindas putri angkatku ini!?" 


"Aku tidak berani mengadu kepada Papa, takut membuat Papa repot," jawab Maharani dengan manja. 


"Jadi semua yang kudengar adalah benar?" tanya Tuan Wandana melirik kepada Fauzan.


"A-aku berjanji akan menjaganya dengan baik di kedepan hari," tukas Fauzan.


Saat ini Arief Wandana menegaskan pada Fauzan kalau tidak boleh membuat Maharani menderita sedikitpun.


"Aku membiarkan putri angkatku menikah denganmu, bukan untuk kau buat susah! Apa kau paham!?" tukas Tuan Wandana.


Fauzan yang tadi baru saja terlihat menjadi seorang ayah yang adil, tiba-tiba saja sudah seperti seekor An*ing yang patuh pada tuannya ketika melihat tuannya datang.


Fauzan mengangguk mengiyakan perkataan Arief Wandana dengan sangat patuh, "Baik Tuan, tidak perlu mengkhawatirkan tentang ini," janjinya lagi.


Fauzan tidak peduli dengan perkataan yang tadi dia katakan kepada Khansa.


Satu-satunya hal yang dia pedulikan saat ini adalah, tuan Wandana mau berinvestasi untuk menutupi kekurangan modal di perusahaannya.  Karena itu Fauzan harus terlihat sangat patuh di depan tuan wandana. 


"Ya tuan Wandana, aku akan memperlakukan dia dengan baik, rumor apa pun yang ada di luar sana tidak akan mempengaruhi hubungan kami," jawab sopan Fauzan.


Fauzan pun menarik Maharani ke sisinya, merangkulnya dan menepuk-nepuk lembut bahu Maharani bahkan mengecup puncak kepala Maharani.


"Tuan bisa melihat semegah apa pesta yang aku buat ini untuk merayakan hari jadi pernikahan kami. Bukankah ini telah menandakan seberapa besar aku memperhatikan  Maharani dan menjaga martabat statusnya sebagai Nyonya Isvara.


Maharani pun tersenyum senang sekaligus dengan mimik muka yang mencibir. Jika Maharani seekor An*ing, maka saat ini ekornya akan bergoyang-goyang. Tanda jika hatinya senang sampai terbang ke atas langit. 


"Bagaimana menurutmu?" tanya Tuan Wandana. 


"Itu … kita lihat bagaimana nanti saja," jawab sombong Maharani sambil melirik ke Fauzan.


Tuan Wandana melihat ke arah Fauzan, "jika kedepannya aku mendengar putri angkatku diperlakukan tidak baik, maka aku tidak akan segan memberikan pelajaran kepadamu," ancam Tuan Wandana. 


"Perlakukan dia dengan baik!" perintah tuan wandana.


"Ya! Ya tentu saja, aku akan memperlakukannya dengan baik," janji Fauzan.


Status Arief Wandana sangat tinggi karena dia investor kelas kakap, seluruh pebisnis kaya yang hadir segera mendekati untuk bicara dengan Arief Wandana.


[Tuan Wandana, akhirnya kita bisa bertemu disini. Senang sekali]


[Tuan Wandana, kami sudah banyak mendengar tentang anda. Salah satu pria yang dinobatkan sebagai pengusaha sukses di dalam dan di luar negri]


Maharani mendengar sanjungan-sanjungan untuk Arief Wandana, merasa ikut bangga, seakaan pujian itu ditujukan kepadanya. 


Maharani terus merangkul lengan Arief Wandana, Maharani pamer pada Khansa dan juga pada para istri pebisnis kaya yang tadi mengabaikan dirinya.


Para istri pebisnis itu pun atas perintah suaminya diminta untuk menyapa Maharani, berbasa basi busuk. Karena semua ingin menarik perhatian Tuan Wandana.


[Selamat ya atas perayaan hari jadi pernikahanmu dengan Tuan Isvara]

[Semoga kedepannya selalu mesra dengan Tuan Isvara] 


[Kau sangat beruntung memiliki Papa angkat seperti Tuan Wandana ini lho]


[Iya banar-benar beruntung]


Jihan terang saja tidak ingin membuang kesempatan ini untuk membual kepada Khansa, "lihatlah begitu Papa angkat ibuku datang, semua orang langsung hormat kepada ibuku." 


"Lihat saja bagaimana ayah kita patuh sampai-sampai terlihat ingin bersujud di kaki ibuku," ujar Jihan membual sombong.


Dengan bangga Jihan berkata lagi, "kau bukanlah tandingan untuk ibuku."


"Kau bahkan tidak memiliki kekuatan seperti ibuku, setengahnya saja juga tidak memiliki, jadi jangan bermimpi untuk bisa mengalahkan ibuku!" Jelas Jihan.


"Hah! Pemenang selalu tertawa di akhir. Dan aku adalah tipe orang yang tertawa.di akhir," gumam Khansa dengan nada berbisik pelan.


"Kita lihat saja nanti!" ujar ringan Khansa.


"Dasar anak bawang!" cela Jihan kepada Khansa.


"Makanan tanpa ada bumbu bawang, maka itu akan terasa hambar," jelas Khansa dengan sedikit meledek. 


"Dan aku adalah bawang yang akan memberikan banyak rasa kepada kalian berdua ibu dan anak!" ledeknya lagi sembil tertawa.


"Kau pasti tahu kan, jika bawang bisa membuatmu menangis" tukas Khansa.


"Jadi nikamati saja, menu-menu kejutan yang akan selalu aku suguhkan! Ok," tukas Khansa menyindir sambil menepuk-nepuk bahu Jihan.


"Tetap saja kau bukanlah saingan ibuku!" hardik marah Jihan.


"Lihatlah bagaimana mereka menyanjung ibuku dan Papa angkatnya," tukas bangga Jihan lagi.


"Ya ibumu itu sungguh luar biasa, dapat menemukan Papa angkat yang seperti itu," jawab Khansa.


Mendengar jika bualan Jihan tadi tidak mempengaruhi Khansa, malah kekesalan yang ingin Jihan ciptakan 100% berbalik ke arahnya.


"Wanita j*lang, tidak tahu diri. Lihat saja bagaimana nanti ibuku akan membereskanmu," gumam kesal Jihan sambil menunjuk-nunjuk wajah Khansa.


Alunan musik pun terdengar, itu artinya saatnya berdansa. Ingin sedikit memberi malu kepada Fauzan, maka Maharani memilih mengajak Tuan Wandana untuk berdansa, ketimbang mengajak Fauzan berdansa.


"Papa! Bersediakah menemani aku berdansa!" pinta Maharani dengan suara berdana manja.


"Tentu saja, kita sudah lama tidak berdansa," jawab Tuan Wandana seraya mengambil uluran tangan Maharani.


Mereka berdua pergi melangkah ke lantai dansa dengan saling merangkul, lalu mereka pun mulai berdansa. Arief Wandana dan Maharani berdansa dengan sangat intim, Maharani mulai menggoda Arief Wandana dengan tatapan nakalnya.


"Sudah sangat lama sekali Tuan, kita tidak bertemu! Apa kau merindukan aku?" tanya Maharani.


"Kau bisa saja menjadi wanita rahasiaku, aku akan menjamin semuanya untukmu! Mengapa kau malah menikah dengan pria lain?" tanya tuan Wandana.


"Jika aku tidak menikah, maka bisa saja aku dihabisi oleh wanita galak yang ada di rumahmu itu," jelas Maharani.


Mereka berdua pun saling melempar senyum. Merasa gemas dengan jawaban menggoda Maharani, Arief Wandana berkata, “Datanglah ke kamar hotelku malam ini.“


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 84"