Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 63

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 63: HADIAH KEJUTAN (2)


Hendra menatap ponselnya sekali lagi, dan membaca dengan teliti hasil pemeriksaan dari rumah sakit yang tadi baru saja Khansa kirimkan ke ponselnya


"Masih perawan," gumam Hendra dengan sedikit limbung.


Raut wajah Hendra terlihat sangat sulit percaya jika di dalam surat itu berisi tentang keterangan jika Khansa benar-benar masih perawan, "Kau … ini … apakah ini … hasil tes ini adalah benar?" tanya Hendra dengan suara tercekat.


"Apa aku terlihat seperti orang yang suka berbohong?" tanya sekaligus sindir Khansa.


"Tapi bagaimana mungkin, bukankah waktu itu …" Hendra terdiam dan mencoba menyatukan semua ingatannya kembali.


"Kau pikir aku gadis yang seperti apa? Jangan samakan aku dengan Jihan!" 


"Jelas aku dan Jihan berbeda sangat jauh," tukas Khansa lag dengan marah.


"Tapi ini … bukankah dulu kau pernah bersama pria lain?" tanya Hendra lagi. 


"Pria lain …?" pikir Khansa. 


Ingatan Khansa kembali ke beberapa tahun yang lalu, ketika dia sedang mengobati seorang pria. Sedari masa ibunya hidup Khansa sudah tertarik dengan pengobatan herbal dan medis. Jadi suka sekali mencari-cari dedaunan obat. Waktu itu karena demam pria itu sangat tinggi Khansa tidak berani meninggalkan pria itu sendiri khawatir jika pria itu mengalami kejang-kejang hebat, dan  juga karena melihat memar-memar biru di tubuh pria itu. 


"Jangan bohong kepadaku, aku melihatnya dengan mata kepala sendiri," ujar Hendra seraya menapuk dagu Khansa. 


"Apa yang kau lihat?" tanya Khansa tak kalah marahnya sambil menghepaskan tangan Hendra.


"Kau sudah tidur bersama pria lain kan?" jawab Hendra masih dengan penuh keyakinan.


Karena dulu pernah melihat Khansa pernah bermalam dengan seorang pria. Kemudian Hendra mulai memarahi Khansa.


"Apa masih mau sok jual mahal di depan aku?" tanya sinis Hendra.


"Aku menyaksikanya sendiri kau terlelap di sampingnya," jelas Hendra.


"Jaga lidahmu itu! Belum pernah ada pria yang menyentuhku!" hardik marah Khansa.


"Aku Khansa Isvara tidak akan pernah membuat hal yang bisa merendahkan diriku, dan membuat malu  nama ibuku," tegas Khansa kepada Hendra.


Melihat binar kemarahan di kedua mata Khansa, hati Hendra pun merasa menciut dan baru berpikir jika mungkin saja memang dia yang salah menafsirkan selama ini tentang kejadian itu.


Melihat wajah Hendra yang terdiam, yang nampak sedang berpikir, membuat Khansa hanya merasa konyol sekali, suaminya saja belum dia ijinkan untuk menyentuhnya  jadi mana mungkin dia mengijinkan pria asing untuk menyentuhnya.


"Sa!" Panggil Hendra dengan suara merendah.


Khansa sangat marah lalu menampar Hendra, "Apa Jihan yang mengatakan seperti itu kepadamu?" 


"Mengapa kau ini bodoh sekali!" hina Khansa kepada Hendra.


"Aku tidak akan merendahkan diriku, seperti apa yang sudah Jihan berikan kepadamu," sindi Khansa kepada Hendra.


Khansa menjelaskan dengan marah kalau saat itu sedang menolong seorang pria, "Aku tidak mengenal pria itu, aku hanya menolongnya saja waktu itu. Karena dia terlihat sedang sakit sangat parah," jelas Khansa.


"Hanya menolongnya," gumam ulang Hendra mencoba mencerna perkataan Khansa.


Seketika saja Hendra merasa semakin menyesal karena hari itu kemarahannya telah membutakannya, yang telah menganggap Khansa adalah wanita murahan tanpa bertanya lebih lanjut kepada Khansa, tentang apa yang terjadi sebenarnya.


"Sa! Jangan seperti ini kepadaku, aku mohon," 


"Lepaskan aku! Kau adalah pria yang paling tidak berhak menyentuh aku, meski itu hanya sehelai rambutku saja," jelas Khansa dengan masih menatap marah kepada Hendra.

"Sa! Maafkan aku," pinta mohon Hendra sekali lagi.


Merasa sudah tidak ingin ada yang dibicarakan lagi maka Khansa pun ingin bergegas pergi. Namun, sebelumnya Khansa memberikan sedikit peringatan kepada Hendra.


"Oh ya! Tuan Ugraha, aku harap kau jangan pernah mendekati aku lagi, apa kau paham?" hardik marah Khansa.


Hendra berpikir memang Jihan yang memberitahu tentang itu, namun Hendra mengeceknya sendiri dan malah melihat pemandangan itu, khansa terlelap di sisi pria itu. Padahal khansa hanya merasa mengantuk lelah karena harus terjaga hampir semalaman. Terlalu marah, Hendra pergi tanpa bertanya kepada Khansa. 


Khansa melihat Hendra hanya terdiam, "Mengapa kau lebih mempercayai Jihan daripada aku?" ujar Khansa dengan suara melemah.


"Sa! Maafkan aku," pinta Hendra.


"Sa! Ini masih belum terlambat, aku bisa membatalkan pertunangan ini!" Jelas Hendra.


"Beri aku satu kesempatan ya Sa! Kita mulai dari awal lagi" pinta dan bujuk Hendra. 


Hendra mengaku salah dan ingin memulai kembali bersama Khansa. Khansa tersenyum dingin dari balik cadarnya pada Hendra lalu berpikir untuk meminta penjelasan kepada Hendra tentang kesaksian Hendra waktu itu.


"Katakan kepada aku! Mengapa saat itu kau menjebakku dengan mengatakan aku yang mendorong kakek?" 


"Mengapa kau berbohong dan malah mencelakaiku?" tanya serius Khansa.


Hendra menegang ketika Khansa melemparkan pertanyaan itu kepadanya, merasa bingung harus bagaimana menjelaskannya. 


"Itu … itu … bukankah aku sudah meminta maaf, mengapa kau malah mengungkit tentang ini?" jawab Hendra.


"Katakan saja dengan jelas kepadaku! Mengapa kau melakukan itu, memberi kesaksian palsu?" tanya tegas Khansa lagi.


Hendra mencari alasan agar tidak menjawab, "Sa! Tidak usah mengingat masa lalu yang pahit ok! saat ini aku ingin menjadi masa depanmu! Bisakah kita fokus hanya untuk hal ini, masa depan kita," pinta Hendra dengan nada penuh harap.


"Masa depan katamu?" ujar Khansa seraya menaikan satu alisnya. 


Sungguh saat ini Khansa benar-benad ingin tertawa sampai terbahak, merasa karena Hendra tidak memandanh dirinya yamg sudah menikah ini, dan malah mengajaknya berselingkuh. Khansa benar-benar merasa lucu karena melihat Hendra yang berpikir jika diri ini sama seperti Jihan.


"Tuan Muda Ugraha, dengarkan perkataan aku ini dengan baik-baik! Kau telah menghancurkan masa depan kita, di saat kau menjebak aku," hardik Khansa kepada Hendra.


"Dan aku sudah membuang kau dari dalam hati aku, disaat aku membatalkan perjodohan kita," tukas Khansa lagi.


"Jadi Tuan Ugraha, dengan segala hormat antara kau dan aku, sudah tidak terkait lagi satu sama lain, dan aku tidak berminat untuk mengulang kembali," jawab tegas Khansa tanpa keraguan sedikit pun.


"Apa kau paham?" Khansa menegaskan perkataannya lagi.


"Sa! Aku benar-benar menyesal," jelas Hendra mencoba meyakinkan Khansa agar mau mengulang kembali dengan mencatat kisah yang baru bersamanya.


Saat ini, Hendra merasa sangat menyesal, tapi Khansa malah terus menerus mengutarakan rasa kecewanya terhadap Hendra, kemudian mendorong Hendra, "Apa kau tidak paham bahasaku! Aku tidak ingin mengulang kisah kembali bersamamu.


"Jadi berhentilah berharap!" tukas jelas Khansa. 


"Di dalam hatiku! Kau sudah lama aku injak mati." 


Khansa membalikkan badan pergi.


“Sasa,” Hendra memanggil Khansa dengan suara yang serak, “Apa sudah tidak ada kemungkinan lagi bagi kita?”




Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 63"